PENGARUH LIGAN TERHADAP WARNA ION KOMPLEKS
1.1 Latar
Belakang
Dalam ilmu kimia,
kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau entitas yang
terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah kompleks
artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion melalui ikatan kimia
yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk
secara irreversible, dan banyak diantara mereka yang memiliki ikatan yang cukup
kuat.
Salah
satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion
kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki
orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan
ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion kompleks. Ion
kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau
molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat
atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan.
Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari
ligan. Pengaruh ligan ini dapat membentuk warna pada ion kompleks.
Sifat
magnetik dari ion kompleks yang mengandung ligan monodentat ini tergantung dari
kuat lemahnya ligan yang terdapat dalam ion kompleks tersebut. Kuat lemahnya
ligan ini ditentukan dari jenis ligannya yang diurutkan berdasarkan deret spektrokimianya. Deret spektrokimia adalah
daftar-daftar ligan yang disusun berdasarkan kemampuannya membelah tingkat
energi orbital d kecil ke
besar. Berdasarkan hal tersebut maka maka akan dibahas mengenai sifat magnetik
dari ion kompleks dan pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks.
1.2 Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan adalah untuk
mempelajari pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks.

II.
PEMBAHASAN
2.1 Atom Pusat
Atom
pusat merupakan atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat
(bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut
sebagai asam Lewis, Umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Atom
pusat merupakan atom unsur transisi yang dapat menerima pasangan elektron bebas
dari ligan karena ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital
kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan
molekul atau anion tertentu membentuk
ion kompleks. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital
kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d atom pusat.
Pada pembentukan senyawa kompleks netral atau senyawa kompleks
ionik, atom logam dan ion logam disebut sebagai atom pusat,
sedangkan atom yang mendonorkan elektronnya ke atom pusat disebit atom donor. Atom donor dapat berupa suatu ion atau molekul netral. Ion
atau molekul netral yang memiliki atom-atom donor yang dikoordinasikan pada
atom pusat disebut ligan.
Pembentukan senyawa kompleks selalu ada molekul-molekul atau ion-ion
yang mendonorkan elektronnya pada atom logam atau ionlogam. Elektron yang
didonorkan biasanya berupa pasangan elektron (elektron pair) dari atom
donor.
2.2 Pengertian
Ligan
Ligan
adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan sepasang
elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi.
Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika
ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui atom N)
disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi
bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-,
molekul sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin
C5H5N.
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
a.
kekuatan basa dari ligan itu,
b.
sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
c.
efek-efek sterik (ruang).
Dari sudut pandangan aplikasi kompleks secara analisis, efek penyepitan mempunyai arti yang teramat penting, maka hendaklah diperhatikan secara khusus. Istilah ‘efek sepit’ mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit, yaitu kompleks yang dibentuk oleh suatu ligan bedentat atua multidentat, adalah lebih stabil dibanding kompleks padanannya dengan ligan-ligan monodentat. Semakin banyak titik lekat ligan itu kepada ion logam,semakin besar kestabilan kompleks. Efek sepit ini sering dapat disebabkan oleh kenaikan entropi yang menyertai penyempitan; dalam hubungan ini, penggantian molekul-molekul air dari ion terhidrasi haruslah diingat-ingat. Efek sterik yang paling umum adalah efek yang menghambat pembentukan kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat pada atau berada berdekatan dengan atom penyumbang.
2.3 Bilangan Koordinasi
Bilangan
koordinasi adalah jumlah dari ligan atom yang diikat pada satu ion pusat. Contoh
bilangan koordinasi Fe3+ dalam [Fe(NH3)6]3+
adalah 6 karena enam atom ligan (N dari NH 3) terikat disini. Bilangan
koordinasi Fe3+ [Fe(H2O)6]3+ adalah 6.
Bilangan koordinasi Fe3+ dalam [Fe(C2O4)3]3- adalah 3. Bilangan koordinasi Fe3+
dalam [Fe(Cl)6]3- adalah 6. Bilangan koordinasi Fe3+
dalam [Fe(SO4)3]3- adalah 3, dan Bilangan
koordinasi Fe3+ dalam [Fe(SCN)6]3- adalah 6.
Bilangan koordinasi 2, salah satu
bilangan koordinasi 2 yang terkenal adalah [Ag(NH3)2]+
, ion yang terbentuk bila senyawaan – senyawaan perak diolah dengan
amonia.
·
Bilangan koordinasi 3, contoh bilangan koordinasi 3 sangat
langka sekali. Satu – satunya yang sederhana untuk logam transisi yang dikenal
orang adalah anion [HgI3]- .
·
Bilangan koordinasi 4, empat merupakan bilangan koordinasi
yang umum dari beberapa atom dan ion logam transisi. Contohnya adalah Li(H2O)4+
, BeF4- ,BF44- , dan
sebagainya.
·
Bilangan koordinasi 5, contoh bilangan koordinasi 5 adalah
langka, tetapi tidak begitu luar biasa seperti bilangan koordinasi 3. Contoh
sederhana adalah besi pentakarbonil (Fe(CO)5).
·
Bilangan koordinasi 6, bilangan koordinasi ini sangat
penting karena hampir semua kation membentuk kompleks koordinasi 6.
·
Bilangan koordinasi yang lebih tinggi, bilangan koordinasi
7, 8, dan 9 tidak sering ditemui untuk beberapa kation yang lebih besar. Kompleks
dengan bilangan koordinasi yang lebih tinggi, merupakan ciri khas dari segi
stereokimia tidak kaku.
2.4 Macam – Macam
Ligan
Ligan
monodentat adalah ligan yang hanya mampu menyumbangkan satu pasang elektron
bebas saja atau dengan kata lain hanya dapat membentuk satu ikatan kovalen
koordinasi dengan ion logam pusat. Kebanyakan ligan adalah monodentat, misalnya
dalam hal ini adalah Cl-, C2O42-, H2O, NH3, SO42-, dan SCN-. Contoh lainnya Br-
dan OH-. Walaupun ion atau molekul ini memiliki lebih dari satu pasang
elektron bebas tetapi yang dapat disumbangkan ke ion logam pusat hanya satu
pasang (mono : satu, dent : gigi).
Ligan bidentat dapat menyumbangkan dua pasang elektron bebasnya pada ion logam pusat (memiliki dua ”gigi”) sehingga membentuk dua ikatan kovalen koordinasi.
Ligan Polidentat (multidentat) adalah Suatu molekul yang dapat menyumbangkan lebih dari tiga pasang elektron bebas atau ligan yang memiliki dua atau lebih atom sehingga dapat mengisi dua atau lebih orbital d ion logam, ligan polidentat (bahasa latin: bergigi banyak). Oleh karena ligan polidentat dapat mencengkram ion logam dengan dua atau lebih atom donor, ligan polidentat juga dikenal sebagai zat pengkelat. Contoh ligan polidentat:
Menurut literatur warna kompleks [Fe(H2O)6]3+ adalah violet sangat pucat sedangkan pada hasil data diperoleh warna orange pudar.
Contoh ligan lain yang dapat bereaksi dengan FeCl3 adalah ligan CN-. Reaksinya adalah Fe3+(aq) + 6 CN-(aq) → [Fe(CN)6]3-(aq) yang berwarna merah. Selain atom pusat Fe3+ ada juga atom pusat yang lain yang dapat membentuk senyawa kompleks. Contohnya Co3+ bereaksi dengan NH3 menghasilkan senyawa kompleks [Co(NH3¬)6]3+ yang berwarna jingga.
2.5 Jenis
Ikatan Pada Ligan dan Pengelompokannya
Pada ikatan kimia, ligan terbagi atas ikatan kuat dan
ikatan lemah, yaitu:
·
Ligan yang medannya kuat (ligan kuat) : CO > CN-
> NO2 > NH3 > SCN
·
Ligan yang medannya lemah (ligan lemah): H2O
> C2O42- > OH- > F-
> Cl- > Br- > I-
Disebut
medan ligan kuat (strong ligand field
/ kekuatan medannya besar) karena
perbedaan energi antara orbital t2g (dxy, dxz dan dyz) dengan
orbital eg (dx2-y2 dan dz2) besar,
akibatnya elektron akan mengisi penuh energi yang rendah sebelum mengisi
orbital yang energinya tinggi (pengisian elektron berpasangan terlebih dahulu,
kemudian naik ke tingkat energi yang lebih tinggi). Kompleks dengan medan ligan
kuat disebut low spin complexes
(kompleks spin rendah).
Disebut
medan ligan lemah (weak
ligand field / kekuatan medannya kecil ) karena perbedaan energi
antara orbital t2g (dxy, dxz dan dyz) dengan orbital eg (dx2-y2
dan dz2) kecil atau sangat kecil, akibatnya elektron-elektron
akan mengisi kelima orbital d tanpa berpasangan terlebih dahulu. Kompleks
dengan medan ligan lemah disebut high
spin complexes (kompleks spin rendah).
Ada beberapa
ligan yang dapat terikat pada dua tempat, ligan ini disebut ligan ambidentat.
Tempat ligan ini terikat dinyatakan dengan huruf besar. Contoh:
•
SCN : tiosianato atau tiosianato – S
•
NCS : isotiosianato atau tiosianato – N
•
NO2- : nitro
•
O – N – O : nitrito
• (NH4)3[Cr(NCS)6]
: amonium heksatiosianato-N-kromat(III) atau amonim
heksaisotiosianatokromat(III).
2.6 Senyawa
Koordinasi
Senyawa
koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan
koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion atau atom pusat
dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena
sulit dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi
merupakan ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di
mana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom.
Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion
atau atom pusat merupakan ion atau atom bagian dari senyawa koordinasi yang
berada di pusat (bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga
dapat di sebut sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam
transisi). Sedangkan ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari
senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron
sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis.
2.7 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks atau sering disebut dengan kompleks
koordinasi adalah senyawa yang mengandung atom atau ion biasanya logam yang
dikelilingi oleh molekul atau anion, biasanya disebut dengan ligan atau agen
pengompleks. Contoh senyawa kompleks adalah cisplatin yang mempunyai empat
ligan, yaitu dua ligan klorido dan dua ligan amina.
Senyawa – senyawa kompleks dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Kompleks Werner, yaitu kompleks
yang tidak berisi ikatan logam karbon dan kompleks sianida.
2. Kompleks logam karbonil atau
senyawa organometalik, yaitu kompleks yang paling sedikit berisi satu ikatan
karbon.
Senyawa – senyawa kompleks golongan (2) tidak mempunyai
sifat garam seperti golongan (1) dan biasanya bersifat kovalen. Zat ini umumnya
larut dalam pelarut – pelarut non – polar, mempunyai titik lebur dan titik
didih rendah. Untuk membuat senyawa – senyawa kompleks, pertama harus diingat
bahwa hasilnya harus cukup banyak, kemudian harus ada cara yang baik untuk
mengisolasi hasil tersebut.
Kegunaan dari senyawa kompleks adalah :
Banyak senyawa kompleks yang digunakan didasarkan pada
warna, kelarutan atau perubahan perilaku kimiawi dari ion logam dan ligan
ketika senyawa tersebut membentuk kompleks.
Klorofil yang merupakan pigmen hijau di dalam tanaman adalah
senyawa kompleks yang mengandung magnesium. Tanaman berwarna hijau disebabkan
klorofil menyerap cahaya kuning dan memantulkan warna komplemennya yaitu hijau.
Energi yang diserap dari matahari digunakan untuk melakukan fotosintesis.
Senyawa kompleks yang dipakai sebagai zat warna lain misalnya kompleks tembaga
(II) Ftalosianin biru. Kompleks ini digunakan sebagai pigmen atau pencelup kain
dalam industri tekstil pada tinta biru, blue jeans, dan cat biru tertentu.
Zat pengompleks tertentu sering digunakan untuk melunakkan
air sadah sebab zat tersebut dapat mengikat ion – ion seperti Ca2+ ,
Mg2+ , dan Fe2+ yang menjadikan air bersifat sadah. Zat
pengompleks yang dapat mengikat ion – ion logam juga digunakan sebagai obat –
obatan. Ligan polidentat seperti enterobactin yang diisolasi dari bakteri
tertentu digunakan untuk mengendalikan kadar besi dalam darah pasien yang
memiliki penyakit seperti anemia Cooley. Obat anti kanker plationol seperti cis
– [Pt(NH3)2Cl2] adalah senyawa kompleks
platinum (II), merupakan zat aktif biologi dan dipercaya dapat memutuskan untai
DNA, sehingga suka campur tangan pada pembelahan sel.
Warna-warna
cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan
kristal. Jika orbital-d dari sebuah
kompleks berpisah menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka
ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya
tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan
meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d
yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi.
Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada
dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding
terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ)
tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan
energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna
komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap).
Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang
berbeda akan menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula,
sehingga kita bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam,
medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai
rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang dan
merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan
menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan meningkatkan
ν. Sangtalah jarang energi foton yang terserap akan sama persis dengan
perbedaan energi Δ; terdapat beberapa faktor-faktor lain seperti tolakan
elektron dan efek Jahn-Teller yang akan
mempengaruhi perbedaan energi antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.
2.8 Ion Kompleks
Salah satu
sifat unsur transisi yang sangat menarik adalah kemampuannya untuk membentuk
senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat digunakan untuk mendemonstrasikan
berbagai sifat fisik maupun kimia, seperti warna yang berkaitan dengan jenis
logam, kelarutan, dan juga kesetimbangan ion dalam kompleks.
Logam transisi didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membentuk satu atau
lebih ion stabil yang memiliki orbital d yang tidak terisi (incompletly filled
d orbitals).
Ion kompleks memiliki ion logam pada atom pusatnya dengan jumlah tertentu
molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilinginya. Ion-ion yang mengelilinginya
itu dapat berdempet dengan ion pusat melalui ikatan kovalen koordinasi.
Molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilingi logam pusat disebut ligan. Ligan
memiliki pasangan elektron tak berikatan yang aktif pada tingkat energi paling
luar. Pasangan elektron tak berikatan inilah yang digunakan untuk membentuk
ikatan koordinasi dengan ion logam. Pelekatan ligan pada ion logam
merupakan efek dari energi orbital-orbital d. Sinar yag diserap sebagai akibat
dari perpindahan elektron diantara orbital d yang satu dengan yang lain.
Asal mula
munculnya warna pada ion-ion logam transisi. Ketika sinar putih melewati
larutan yang berisi dari salah satu ion tersebut, sinar putih direfleksikan
oleh larutan tersebut. Beberapa warna dari sinar dapat diabsorpsi (diserap)
oleh larutan. Warna yang dapat dilihat oleh mata adalah warna yang tertinggal
(tidak diabsorpsi). Banyak senyawa kompleks memperlihatkan warna yang khas.
Dalam teori
medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan. Interaksi
muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan
menaikkan energi semua orbital d, tetapi meraka tidak lagi memiliki energi yang
sama.
Hampir semua senyawa – senyawa kompleks mempunyai warna –
warna tertentu, karena zat ini menyerap sinar di daerah tampak atau visible
region. Sebab lebih lanjut ialah karena energi sinar di daerah tampak cocok
untuk promosi elektron yang ada di orbital d, dari energi rendah ke energi
tinggi. Besarnya energi untuk promosi, yaitu Δ, tergantung dari ion pusatnya
dan tergantung dari jenis ligan. Karena itu, senyawa kompleks mempunyai warna
berbeda – beda, misalnya [Ti(H2O)6]3+ berwarna
ungu sedang [Cu(H2O)6]2+ berwarna biru muda.
Untuk suatu ion pusat warnanya berbeda bila ligannya berbeda, misalnya [Cu(H2O)6]2+
berwarna biru muda, tetapi [Cu(NH3)4(H2O)]2+
berwarna biru tua.
Bila zat menyerap warna atau panjang gelombang tertentu dari
sinar tampak, zat tersebut akan meneruskan warna komplemennya, yang nampak pada mata kita sebagai warna.
Bila zat menyerap semua warna dari sinar tampak, zat tersebut berwarna hitam.
Sebaliknya bila zat sama sekali tidak menyerap warna dari sinar tampak, zat
tersebut berwarna putih. Untuk suatu ion pusat, penggantian ligan dari ligan
dengan medan lemah ke ligan dengan medan kuat, akan memberikan Δ yang semakin
besar. Sinar yang diserap panjang gelombangnya semakin pendek.
Di bawah ini dituliskan deret spektrokimia, yaitu daftar –
daftar ligan yang disusun berdasarkan perbedaan energi Δ yang dihasilkan dari Δ
yang kecil ke yang besar.
I– < Br– < S2– <
SCN– < Cl– < NO3– < N3– <
F– < OH– < C2O42– <
H2O < NCS– < CH3CN < py < NH3
< en < 2,2’-bipiridina < phen < NO2– < PPh3
< CN– < CO

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari pembahasan di atas adalah :
1.
Senyawa – senyawa kompleks dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu Kompleks Werner, yaitu kompleks yang tidak berisi ikatan
logam karbon dan kompleks sianida. Kompleks logam karbonil atau senyawa
organometalik, yaitu kompleks yang paling sedikit berisi satu ikatan karbon.
2.
Senyawa – senyawa kompleks golongan (2) juga dapat pula
diisolasikan dengan cara – cara destilasi, sublimasi, dan proses kromatografi.
3.
Hampir semua senyawa – senyawa kompleks mempunyai warna –
warna tertentu, karena zat ini menyerap sinar di daerah tampak atau visible
region.
4.
Terjadinya perubahan warna adalah karena ada orbital yang
kosong di subkulit d dan terjadi penyerapan gelombang foton.
5.
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang
merupakan donor elektron. Beberapa yang umum adalah F- , Cl- ,
Br- , CN- , NH3 , H2O, CH3OH,
dan OH-.
6.
Suatu larutan memiliki warna
tertentu karena menyerap sebagian dari komponen cahaya tampak. Makin kecil
panjang gelombang cahaya yang diserap (makin besar energinya) maka makin besar
harga absorbansinya atau makin kuat ikatan antara ion logam dan ligan.
7.
Perbedaan energi antar orbital yang
dapat mengalami transisi disebut ΔΕ, frekuensi absorpsi ν diberikan oleh
persamaan ΔΕ = hν.
8.
sebuah ion logam, medan ligan yang
lebih lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan
menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν,
begitupun sebaliknya.
9.
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi
anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat
disebut ion pusat atau atom pusat.
3.2 Saran
Semoga
makalah ini bermanfaat untuk memperkaya dan memperluas wawasan keilmuan kita
sebagai pembaca yang haus akan ilmu pendidikan. Marilah kita
menjadikan diri yang kaya akan pendidikan agar menjadi insan-insan yang
terdidik, berbudi pekerti yang baik serta
bermoral yang berpegang teguh pada agama masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013. Senyawa Kompleks. Diunduh di (www.ilmukimia.org/senyawa-kompleks.html) pada tanggal 08 Desember 2014
pukul 23.16 WIB
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar
Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Cotton, F. Albert dan Wilkinson,
Geoffrey. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press
Petrucci, H. Ralph dan Suminar.
1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern. Jakarta: Erlangga
0 komentar :
Posting Komentar